“Kapal” Matic terjang banjir.


Dilansir oleh team Okeplay777.

Penutup banjir yang tidak menahan banjir? Sangat beruntung jika Anda bisa. Ini bukan kasus kami. Mobil yang kami kendarai pasti menabrak dan jatuh ke air. Namun, bukan di tempat penampungan, melainkan di jalan asrama.
Tim Jelajah Pari 2023 kebanjiran, antara lain Hendriyo Widi atau Mas Hen, Totok Wijayanto atau Mas Tok, dan saya sendiri. Karena kami memutuskan untuk meliput dari Senin (27/2/2023) hingga Sabtu (4/3/2023), kami sangat ingin mengunjungi sawah yang terendam banjir dan dapat menyebabkan cuaca buruk.
Hujan mengguyur mobil Suzuki Ertiga warna putih milik perusahaan, perjalanan kami. Mas Tok berada di belakang kemudi, ketika Mas Hen yang duduk di sebelahnya berbagi pengalaman dan pengetahuannya tentang reportase, reporternya masih muda. “Nah, di sana jauh, ada sawah yang tergenang air. Coba cari di daerah mana banjirnya,” kata Mas Hen.
Saat itu, mobil tersebut berada di Jalan Sheikh Mohammed bin Zayed. Begitu melihat Google Maps, saya memperkirakan sawah tergenang yang ditunjukkan Mas Hen berada di Cikarang, Jawa Barat. Pemeriksaan berlangsung pada pukul 09.45. Di kejauhan terlihat Sungai Citarum yang airnya hampir setinggi tanah di sekitarnya.
Bus kemudian meninggalkan Karawang karena ingin bertemu dengan seorang tokoh petani dari daerah tersebut. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami memutar sedikit karena Mas Tok ingin memotret efek jalan yang terendam banjir.
Sesampainya di Desa Gempol Kolot, Kecamatan Banyusari, Karawang, kami bertemu dengan petani Suryadinata Wira Lodra yang merupakan Ketua Gapoktan Barokah Tani Barokah Karawang. Bersama Pak Suryadinata, kami pergi ke sawah yang tergenang air akibat aliran sungai Cilamaya. Perjalanan ke sana sia-sia karena jalan tidak tergenang air. Barulah ketika mobil kami sampai di tempat yang tergenang beras, mobil kami melewati air yang tingginya sekitar 10 sentimeter.
Dari situ, perjalanan dilanjutkan ke Indramayu via Subang. Kami singgah di Kecamatan Bugel, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, dimana Mas Tok ingin mengambil foto udara sawah yang tergenang air.
Pawai hari pertama berakhir di Cirebon, Jawa Barat. Keesokan harinya, dengan ditemani Mas Abdullah Fikri Ashri, wartawan Kompas yang bekerja di Cirebon, kami bertemu dengan Perum Bulog Budi Sultika, pimpinan cabang Cirebon. Berangkat dari gudang Bulog di Larangan, Cirebon, tour dilanjutkan ke Pekalongan di Jawa Tengah. Ketika kami tiba, kami berpisah untuk sementara waktu. Mas Hen menanam di Pabrik Limun Oriental, sedangkan Mas Tok mencari desa-desa yang terkena banjir. Saya memilih mengikuti Mas Tok.
Saat saya dan Mas Tok kembali ke pabrik Limun Timur, hujan turun dengan derasnya hingga menggenangi jalan di depan pabrik. Namun, suka atau tidak suka, kami akan melompat ke dalam kolam karena tempat ini akan ditutup pada pukul 17:30 dan kami akan segera pindah.
Jadi mobil putih itu harus menabrak danau lagi. Untung ketinggian genangan air hanya sekitar 10 cm, sedangkan jalan yang tergenang air kurang dari setengah kilometer (km). Tak disangka, keesokan harinya kami mengalami banjir yang lebih parah lagi. Setelah mematikan mesin, dia melaju ke pinggir jalan untuk melihat seberapa dalam banjir itu. Mas Tok lalu memberikan kode untuk mengikuti jalur pencelupan di dalam air. Saat itu jam 9:46 malam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *